. Tisu Kado
Efek Blog

Rabu, 07 Oktober 2015

Keterampilan Dasar dan Teknik Konseling

,
1) Apa definisi ketrampilan dasar konseling?
Jawab:
      Menurut Saiful Mustaqim (2008) Istilah keterampilan berawal dari kecakapan melaksanakan, mengolah dan menciptakan dengan dasar kinerja psychomotoric skill. Begitu pula dengan keterampilan dasar konseling, seorang konselor harus mempunyai kecakapan untuk melaksanakan konseling, mengolah apa yang diungkapkan oleh konseli dan menciptakan suasana yang kondusif dalam konseling agar konseli merasa nyaman saat mengikuti konseling.
     Sugiharto dan Mulawarman (2008), mengemukakan keterampilan dasar konselor, berwujud pada kemampuan berkomunikasi konselor, baik itu interpersonal, intervensi atau pun integrasi. Keterampilan dasar konseling merupakan langkah awal sebagai bekal untuk melakukan kegiatan konseling. Karena tanpa adanya keterampilan-keterampilan yang dimiliki oleh konselor, konseling pun dapat diprediksi kurang berjalan dengan lancar dan akan menghambat proses konseling.
2) Apa fungsi kdk bagi guru bimbingan dan konseling?
Jawab:
      Fungsi dari ketrampilan dasar konseling bagi guru bimbingan dan konseling yaitu agar proses konseling dapat berjalan dengan baik, sehingga dapat mencapai tujuan dari konseling itu secara maksimal maka seorang konselor atau guru bimbingan dan konseling harus menguasai ketrampilan dasar konseling yang menjadi dasar dari proses konseling.
 3) Jelaskan dengan rinci mengenai ketrampilan attending!
Jawab:
      Keterampilan attending sangat penting karena akan memberikan kesan awal kepada konseli. Attending merupakan bentuk dari rasa hormat konselor kepada konseli. Attending merupakan sebuah keterampilan berupa pemberian perhatian secara fisik kepada konseli. attending ditunjukkan dengan bahasa non verbal yang membawa arti positif kepada terciptanya positif thinking pada diri konseli. Keterampilan ini dapat meliputi, gerakan tubuh, tatapan mata, lingkungan nyaman, dan interaksi yang tidak berlebihan. Berikut bentuk-bentuk attending yaitu :
1. Penyesuaian perilaku non verbal
     Di samping menggunakan respons-respons minimal, cara lain bagaimana konselor membuat klien-kliennya merasa benar-benar didengar adalah menyesuaikan perilaku non verbalnya. Misalnya, jika klien menyandarkan tubuhnya di kursinya dan ia menyilangkan kakinya lalu kemudia secara wajar konselor menyesuaikan sikap duduknya supaya serupa dengan klien, maka kemungkinan besar klien lebih merasa nyaman. Dengan melakukan hal tersebut, klien cenderung merasa-seolah-olah ada kedekatan dirinya dengan konselor, bukan memandang konselor sebagai seorang yang lebih superior, seorang ahli yang suka duduk diam dan bersandar di kusrsinya, mendengarkan dan menilai apa yang dikatakannya.
2. Kedekatan fisik
    Kita memiliki level kenyamanan yang berbeda dalam hubungannya dengan kedekatan fisik, dan kita perlu memperhitungkan bahwa ada perbedaan-perbedaan besar dalam tingkat-tingkat kenyamanan berkaitan dengan kedekatan fisik untuk orang-orang dari kultur-kultur berbeda, pikirkanlah apa yang Anda raskan jika orang yang sedang Anda ajak bicara berdiri jauh dari tempat anda atau sedikit menjauh ketika Anda sedang berbicara.
     Jadi sebagai seorang konselor sebaiknya kita duduk dengan jarak yang sesuai dengan orang yang sedang kita tolong supaya merasa nyaman. Ingatlah sebagai konselor Anda perlu memiliki kepekaan dan berhati-hati untuk tidak menganggu privasi orang lain suapaya orang yang kita bantu bisa merasa nyaman.
3. Pemanfaatan gerak-gerik tubuh
     Kadang-kadang, pada saat-saat penting dalam proses konseling atau ketika seorang klien mengalami tekanan emosi yang sangat tinggi, akan lebih baik jika konselor mencondongkan tubuhnya ke depan. Sikap tubuh seperti ini akan membantu klien merasa bahwa konselornya mau melibatkan diri dalam problemnya dengan cara yang empatik. Namun, konselor harus berhati-hati agar tidak bergerak terlalu cepat saat konseling berjalan karena ini dapat mengganggu konsentrasi klien dan menrintangi alur pikirnya.
4. Ekspresi wajah
     Ekspresi wajah biasanya membawa dampak besar terhadap proses melibatkan diri. ekspresi wajah kita tidak memberikan tanda-tanda yang jelas tentang apa yang sedang kita pikirkan dan tentang sikap kita terhadap sesuatu.
5. Kontak mata
     Kontak mata merupakan cara yang penting karena melalui ini manusia membangun kontak dengan orang lain dan saling melibatkan diri. kita tidak hanya menggunakan kedua mata kita untuk menjalin kontak, tetapi juga untuk menyampaikan pesan-pesan melalui cara kita menggunakan mata. Penting untuk diingat bahwa budaya yang berbeda memiliki norma sosial yang berbeda juga dalam hal level-level kontak mata yang dianggap pantas.
»»  READMORE...

Kamis, 16 April 2015

REVIEW KULIAH UMUM “ BIMBINGAN & KONSELING DI SEKOLAH DASAR”

,
     Saat ini keberadaan Bimbingan dan Konseling bukan hanya ada di dalam Sekolah Menengah Pertama dan Sekolah Menengah Atas saja, namun bimbingan dan Konseling pun sudah ada dalam Sekolah Dasar. Meskipun dalam pelaksanaannya masih jarang ditemui, hal tersebut merupakan kabar gembira untuk kita semua. Bimbingan dan konseling dalam Sekolah Dasar sangatlah penting untuk membantu tugas perkembangan siswa di Sekolah dasar dan untuk mengetahui potensi-potensi peserta didik sejak dini. 
     Menurut Erni Setyani, S.Pd salah seorang praktisi yang diundang ke Universitas Teknologi Yogyakarta berkata, “Bimbingan dan Konseling di Sekolah Dasar sebenarnya hampir sama seperti Bimbingan dan Konseling di Sekolah Menengah Pertama dan Sekolah Menengah Atas, yang membedakan hanyalah dalam pelayanannya”. Jenis pelayanan disesuaikan dengan tugas perkembangan anak SD yang berkisar antara 6-12 tahun.  
     Tugas perkembangan antara anak SD, SMP, dan SMA/SMK berbeda-beda sesuia dengan tahap perkembangannya. Menurut Havigurst, “ Tugas perkembangan yang gagal dipengaruhi oleh peserta didik, dapat memunculkan ketidak bahagiaan, penolakan dari masyarakat, serta kesulitan dalam menghadapi masa-masa berikutnya”.  Seorang anak Sekolah Dasar yang meloncati tugas perkembangannya di anggap gagal dalam melaksanakan tahapan-tahapan perkembangannya. Berikut adalah tugas dan perkembangan anak Sekolah Dasar atau Madrasah Ihtidiah :
1. Memiliki kebiasaan dan sikap dalam beriman dan bertaqwa kepada Tuhan Yang Maha Esa.
2. Mengembangan keterampilan dasar dalam membacar, menulis, dan berhitung.
3. Mengembangkan konsep-konsep yang perlu dalam kehidupan sehari-hari.
4. Belajar bergaul dan bekerja dengan kelompok sebaya.
5. Belajar menjadi pribadi yang mandiri.
6. Mempelajari keterampilan fisik sederhana yang diperlukan baik untuk permainan maupun kehidupan.
7. Mengembangkan kata hati, moral, dan nilai-nilai sebagai pedoman perilaku.
8. Belajar memahami diri sendiri dan orang lain sesuai dengan jenis kelaminnya dan menjalankan peran tanpa membedakan jenis kelamin. 
     Tujuan diadakannya pelayanan bimbingan dan konseling adalah untuk membantu memandirikan peserta didik dan mengembangkan potensi-potensi yang mereka miliki agar berkembang secara optimal. Sedangkan pandangan dasar Bimbingan dan Konseling di Sekolah Dasar adalah sebagai berikut:
1. Bimbingan dan Konseling terbatas pada pengajaran yang baik
2. Bimbingan dan Konseling hanya diberikan pada peserta didik yang menunjukan gejala penyimpangan dari laju perkembangan yang normal.
3. Pelayanan Bimbingan dan Konseling tersedia untuk semua peserta didik, agar proses perkembangannya berjalan lebih lancer
4. Bidang pelayanan: pribadi, social, belajar, dan karir.
5. Fungsi pelayanan: pemahaman, pencegahan, pengentasan, pemeliharaan, dan pengembangan, advokasi.
       Dalam pelaksanaan Bimbingan dan Konseling di Sekolah Dasar tentunya menemui berbagai macam permasalahan-permasalahan yang berbeda-beda seperti : Penyesuaian diri awal masuk sekoah, tidak mau makan, Membrontak di kelas, Suka memukul, Berkelahi, Suka bohong, Kecanduan video porno, Tempramen, Bulying, Caper, dan lain-lain. 
      Setelah mengikuti perkuliahan yang diadakan Fakultas Pendidikan Universitas Teknologi Yogyakarta dengan mendatangkan praktisi dari SD Al- Azhar Ibu Erni Setyani, S.Pd telah membuka hati para calon konselor bahwa ternyata Bimbingan dan Konseling di Sekolah Dasar ternyata sangatlah menyenangkan karena dapat berinteraksi dengan peserta didik dengan baik dan menjalin tali silaturahmi dengan wali murid dengan baik juga, dalam pelaksanaannya wali murid sangatlah berperan penting dalam pelaksanaan Bimbingan dan Konseling di Sekolah Dasar. 



Referensi :
Irham, Muhammad dan Novan, Ardy Wiyani. 2014. Bimbingan dan Konseling Teori dan Aplikasi di Sekolah Dasar. Yogyakarta: Ar-Ruzz Media
»»  READMORE...

Jumat, 13 Maret 2015

Resensi Film "The Pursuit of Happyness"

,
Resensi Film
Judul film   : The Pursuit of Happyness
Sutradara    :  Gabriele Muccino
Produser     : - Will Smith
- Steve Tisch
- James Lassiter
- Todd Black
- Jason Blumenthal
Penulis        : Steven Conrad
Pemeran      : - Will Smith
             -  Jaden Smith
             - Thandie Newton
             - Dan Castellaneta
Durasi         : 109 Menit

     The Pursuit of Happyness adalah salah satu sinema bertemakan keluarga yang sangat bagus untuk ditonton. Film tersebut mengisahkan tentang sebuah keluarga kecil yaitu keluarga Gardner, awalnya kehidupan keluarga tersebut sangatlah harmonis dan bahagia apalagi saat mereka memutuskan untuk memborong sebuah mesin untuk menscan tulang yang biasa disebut Bone Density Scanner  mereka menghabiskan seluruh tabungan hanya untuk membeli mesin tersebut dan mereka juga berpindah ke sebuah apartemen. Mereka sangatlah berbahagia karena mereka berfikir bahwa mesin tersebut dapat menghasilkan banyak uang sampai-sampai mereka menyuruh pemilik apartemen untuk memfotokan keluarga mereka di dekat mesin-mesin tersebut.
           Hari demi hari telah mereka lewati awalnya bahagia-bahagia saja, namun tiba pada waktunya keluarga mereka untuk membayar tagihan apartemen dan ternyata mereka sudah menunggak dua bulan dan saat itu keadaan perekonomian keluarga tersebut sedang mengalami kesulitan dimana mesin tersebut sudah jarang yang membeli karena dinilai kurang canggih.
          Linda adalah sosok istri dan sosok ibu yang baik dan kuat, namun cobaan demi cobaan silih berganti hingga Linda pun sudah tidak sanggup untuk menghadapinya. Ia merasa sudah tidak ada lagi kebahagiaan dalam keluarganya yang ada hanya kesengsaraan yang ditimbulkan oleh Chris Gardner karena ia tidak mempunyai sebuah penghasilan yang tetap bahkan bisa dikatakan ia tidak mempunyai sebuah penghasilan, jadi Linda harus bekerja keras demi menghidupi keluarganya.
          Karena ia merasa masalah itu terlalu berat baginya akhirnya ia memutuskan untuk pergi ke New York dan memilih untuk berpisah dengan suaminya. Awalnya ia ingin membawa Chistopher anaknya namun Chris Gardner bersikukuh untuk tetap bersama anaknya, karena seumur hidupnya ia tidak mengetahui siapa Ayahnya dan ia tidak ingin anaknya mengalami hal yang sama dengan dirinya. Karena alasan tersebut Linda mempercayai Chris untuk mengasuh Christopher walaupun berat namun ia mempercayai Chris.
             Setelah ditinggal oleh istrinya Chris berusaha untuk mencari suatu pekerjaan yang layak demi menghidupi anaknya, kemudian ia teringat akan berbincangannya dengan orang yang mempunyai mobil ferarri yang bernama Jay ia bertanya pada Jay bagaimana cara kau bisa mendapatkan mobil itu? Bagaimana caranya? Lalu Jay menjawab saya bekerja di Pialang Saham Dean Witter Reynolds, setelah itu Chris berusaha keras untuk dapat bekerja di perusahaan tersebut cara demi cara ia lewati tentunya dengan berbagai macam rintangan selama ia magang ia tidak pernah di gaji, awalnya bagi ia itu gila karena ia membutuhkan uang untuk menghidupi anaknya namun karena ia ingin kehidupannya lebiah baik ia mencoba untuk bertahan.
           Suatu saat ia tidak bisa membayar uang sewa apartemennya dan tanda bertemu dengan pemilik apartemen tersebut barang-barang Chris dan anaknya sudah ada di luar menandakan bahwa Chris sudah diusir. Saat itu ia sangatlah kebingungan karena ia saat itu benar-benar tidak mempunyai uang sama sekali karena uang didalam tabungannya secara tiba-tiba hilang diambil oleh pemerintah karena Chris tidak membayar tagihan tilang itu terjadi karena kebiasaannya yang suka memparkir mobil sembarangan. Chris sangatlah kebingungan ia bingung mau membawa anaknya kemana ia berjalan tanpa arah seperti laying-layang  yang baru saja putus, hingga anaknya merasa lelah untuk berjalan. Saat itu Chris berfikir bagaimana cara agar anaknya tetap bahagia, ia mengatakan pada anaknya bahwa mesin scanner tulang itu memang mesin waktu kemudian ia menyuruh anaknya untuk memutar mesin tersebut setelah diputar ia dan anaknya berpura-pura bahwa mereka sedang ada di masa lalu dimana dinosaurus masih ada dan kemudian ia membawa anaknya ke dalam toilet yang mereka sebut dengan gua dan disitulah mereka tidur dalam adegan ini sangatlah mengharu biru karena Chris menggunakan tangan dan kakinya untuk menghalangi orang-orang masuk kedalam toilet tersebut karena anaknya sedang beristirahat disini Chris sangatlah bersedih karena ia tidak bisa berbuat apa-apa untuk anaknya.
        Setelah berbagai macam rintangan tiba pada waktunya pengumuman apakah Chris akan diterima sebagai pegawai tetap atau gagal begitu saja tanpa diberi uang gaji. Saat itu sangatlah mendebarkan bagi Chris dan akhirnya Chris lolos dan diterima sebagai pegawai tetap.
     Tidak lama kemudian kehidupannya mulai membaik hingga akhirnya ia mendirian sebuah perusahaan pialang saham sendiri yang diberi nama Gardner Rich setelah itu ia mulai mendapatan uang dan menjadi seorang milyarder dan akhirnya ia hidup bahagia dengan anaknya.

Pola Asuh Keluarga Gardner dalam film tersebut :
      Pada awalnya saya kurang setuju dengan pola asuh keluarga mereka dimana mereka sering menitipkan Christopher pada sebuah lembaga penitipan anak dimana ditempat tersebut rata-rata bukanlah orang yang berasal dari Negara yang sama dengan Chris itu membuat anaknya jarang bermain bersama dengan teman sebayanya bukan hanya itu saja Chris dan Linda hamper tidak mempunyai waktu untuk sesekali bermain dengan Chris itu membuat Christopher merasa kurang diperhatikan.
       Setalah Chris dan Linda memutuskan untuk berpisah Christopher diasuh oleh ayahnya yaitu Chris, menurut saya Chris dalam mengasuh anaknya bisa dikatakan kurang baik karena Chris sendiri terlalu sibuk untuk bekerja sehingga jarang mempunyai waktu untuk bermain dengan anaknya. Namun hal tersebut dilakukan bukan karena Chris jahat atau tidak peduli dengan anaknya karena keadaanlah yang membuat Chris hamper tidak punya waktu untuk bermain dengan anaknya. Chris sangatlah perhatian dengan anaknya bahkan ia sangat mencintai anaknya lebih dari apapun. Mengetahui itu Christopher tumbuh menjadi anak yang pengertian dan mengerti sekali akan keadaan, ia tidak pernah mengeluh pada ayahnya ia tetap terlihat bahagia walaupun sebenarnya ia merasa sedih jauh dari Ibunya dan melewati berbagai macam rintangan bersama Ayahnya. Setelah saya melihat film tersebut sampai selesai saya sangat kagum dengan perjuangan seorang ayah demi anaknya dan saya juga mengagumi pola asuh yang diberikan Chris kepada Chistopher dimana ia mengajarkan arti sebuah perjuangan kepada anaknya dan arti kebahagiaan yang sesungguhnya kepada anaknya.








»»  READMORE...

Kamis, 01 Mei 2014

Pakaian Adat Sumatra Selatan

,
        Pakaian Adat Sumatra Selatan bisa dikatakan sebagai simbol peradaban budaya masyarakat Sumatra Selatan. Karena di dalamnya terdapat unsur filosofi hidup dan keselarasan. Hal ini bisa dilihat dari pilihan warna dan corak yang menghiasi pakaian adat tersebut. Ditambah dengan kelengkapannya, makin menambah kesakralan yang nampak pada tampilan pakaian adat yang berfungsi sebagai identitas budaya masyarakat Sumatra Selatan.
Daerah yang dikenal dengan sebutan “Bumi Sriwijaya” dan masyarakatnya yang dipanggil sebagai “Wong Kito Galo” memiliki pakaian tradisional yang khas dengan keragaman corak di tiap kebupaten dalam propinsi tersebut.
Dalam catatan sejarahnya, pakaian adat Sumatra Selatan berasal dari jaman kesultanan Palembang pada abad ke-16 hingga pertengahan abad ke-19. Saat itu pakaian adat tersebut hanya boleh digunakan oleh golongan keturunan raja-raja atau priyai saja. Pakaian adat ini terinspirasi dari zaman kerajaan Sriwijaya yang pernah berjaya di daerah Sumatra Selatan pada abad ke-7 sampai ke-13 Masehi. Selain faktor sejarah yang kuat, hal paling terpenting dalam hasil cipta karya budaya manusia adalah sikap memegang teguh dan r
asa bangga yang tertanam pada masyarakat Sumatra Selatan untuk tetap menggunakan pakaian adat dalam setiap moment upacara adat.
Aessan Gede dan Aesan Paksangko
Pakaian adat Suamtra Selatan sangat terkenal dengan sebutan Aesan gede yang melambangkan kebesaran, dan pakaian Aesan paksangko yang melambangkan keanggunan masyarakat Sumatera Selatan. Pakaian adat ini biasanya hanya digunakan saat upacara adat perkawinan. Dengan pemahaman bahwa upacara perkawinan ini merupakan upacara besar. Maka dengan menggunakan Aesan Gede atau Aesan Paksangko sebagai kostum pengantin memiliki makna sesuatu yang sangat anggun, karena kedua pengantin bagaikan raja dan ratu.
Pembeda antara corak Aesan Gede dan Aesan Paksongko, jika dirinci sebagai berikut; gaya Aesan Gede berwarna merah jambu dipadu dengan warna keemasan. Kedua warna tersebut diyakini sebagai cerminan keagungan para bangsawan Sriwijaya. Apalagi dengan gemerlap perhiasan pelengkap serta mahkota Aesan Gede, bungo cempako, kembang goyang, dan kelapo standan. Lalu dipadukan dengan baju dodot serta kain songket lepus bermotif napan perak.
Pada Aesan Paksangkong. Bagi laki-laki menggunakan songket lepus bersulam emas, jubah motif tabor bunga emas, selempang songket, seluar,  serta songkok emeas menghias kepala. Dan bagi perempuan menggunakan teratai penutup dada, baju kurung warna merah ningrat bertabur bunga bintang keemasan, kain songket lepus bersulam emas, serta hiasan kepala berupa mahkota Aesan Paksangkong. Tak ketinggalan pula pernak-pernik penghias baju seperti perhiasan bercitrakan keemasan, kelapo standan, kembang goyang, serta kembang kenango.
Propinsi Sumatra Selatan, memiliki sebelas kabupaten dan empat kota. Kabupaten Lahat, Kabupaten Banyuasin, Kabupaten Empat Lawang, Kabupaten Musi Rawas, Kabupaten Muara Enim, Kabupaten Musi Banyuasin, Kabupaten Ogan Ilir, Kabupaten Ogan Komering Ilir, Kabupaten Ogan Komering Ulu, Kabupaten Ogan Komering Ulu Timur, Kabupaten Ogan Komering Ulu Selatan, Kota Pagar Alam Kota Prabumulih, Kota Lubuk Linggau, Kota Palembang I, Kota Palembang II. Masing-masingnya memiliki corak pakaian adat Sumatra Selatan yang berbeda-beda antara satu daerah dengan daerah lain.
Namun meski dari ragam nampak berbeda, hampir semua pakaian adat di Sumatera Selatan menggunakan kain Songket dengan  teknik pembuatannya didasarkan pada keterampilan, ketelatenan, kesabaran, dan daya kreasi seni yang tinggi. Dalam simbol perkawinan masyarakat Sumatra Selatan, kain songket serta pakaian adat yang diberikan pada saat lamaran, kain songket melambangkan sumber kehidupan kedua pengantin serta dilihat dari segi kepribadiannya, pendidikannya, dan status ekonominya.
Tak heran, jika pemerian lamaran yang di antaranya adalah pakaian adat dan kain songket menjadi simbol derajat kehidupan pengantin. Karena pakaian adat dengan bahan dasar tenun songket terlihat dominan dengan warna keemasan yang gemerlap dan sentuhan merah merona serta merah jambu yang glamor dan elegan menjadi ciri khas pakaian adat Sumatra Selatan yang menonjolkan ciri seorang raja dan ratu Kerajaan Sriwijaya di masa kejayaannya.
Pakaian adat Sumatra Selatan, jika kita perhatikan, memeilik unsur melayu yang sangat kuat. Jas tutup bersulam emas, dipadukan dengan kain songket, celana panjang serta ikat kepala yang disebut tanjak (untuk laki-laki). Sementara untuk perempuan, menggunakan kebaya modern sebagai bajunya, dan kain songket digunakan sebagai sarung atau bawahan dan selendang.
Selain itu pakaian adat itu juga ditambah pernak pernik hiasan berupa asesoris yang di antaranya Teratai Emas, Kalung Tapak Jajo atau Kebe Nungga, Gelang Kano, Gelang Sempuru, Gelang Bermato atau Gandik, Kembang Goyang Cempako, Suri, Kembang Ure. Bahkan bukan hanya itu. Telinga dari pemakainya dipasang pula sumping bungo kertas, serta Tanjak buat untuk tutup kepala pria. Tentu saja masih banyak lagi hiasan lain yang digunakan sebagai pemanis dan indahnya pakaian tersebut.
Jika kita pernah mendengar dongeng kejayaan nusantara lama, sesunggungnya itu bukanla cerita rekaan atau dongengan semata. Negeri ini, Indonesia, memiliki sejarah kejayaan dan masa keemasan yang panjang dan silih berganti, saling menghias dan memberi corak pada kebudayaan di tiap daerah dengan keunikan dan kisahnya masing-masing. Salah satunya tercermin dalam pakaian adat kita, seperti kebesaran dan keagungan pakaian adat Sumatra Selatan yang glamor dan elegan.


sumber : http://kebudayaanindonesia.net/id/culture/998/pakaian-adat-sumatra-selatan



»»  READMORE...

Jumat, 25 April 2014

Pakaian Adat Minangkabau Bundo Kanduang

,
          Pakaian adat Bundo kanduang dideskripsikan dalam pidato adat yang cukup panjang.  Karena bahasa pidato adat itu sendiri merupakan bahasa Minang lama, sangat susah untuk bisa memahami deskripsi tersebut dengan baik.  Oleh karena itu, lewat tulisan ini saya mencoba menjelaskan filosofi yang terkandung di dalam pakaian adat Bundo Kanduang tersebut.
 
1.  Tikuluak
Tikuluak ini adalah pakaian untuk penutup rambut.  Bentuknya mirip dengan tanduk kerbau atau bangun kapal.  Dua gonjong di kiri kanan yang sering diidentikkan dengan tanduk kerbau ini sebenarnya lebih tepat jika diidentikkan dengan bangun kapal.  Karena, di dalam deskripsi pidato adat dikatakan bahwa kedua gonjong tersebut merupakan lambang keharmonisan/ keseimbangan antara adat dan syarak (ABS-SBK).  Yaitu, “gonjong ateh balik batimpa, lambang naraco bayangan adaik, adaik nan basandi syarak, syarak nan basandi kitabullah”.  Sama dengan filosofi bentuk kapal yang berbentuk demikian untuk tujuan keseimbangan.
Tikuluak ini sendiri dibuat dengan kain menyerupai selendang panjang yang dililitkan sedemikian rupa sehingga membentuk struktur bangun tikuluak.  Ujung selendang yang satu berakhir di sebelah depan yang satu di sebelah belakang.  Nilai filosofi yang terkandung di dalam ini diungkapkan dengan pidato adat “walau kabek buliah dibukak, namun buhua ndak buliah tangga”.  Artinya, bahwa adat Minangkabau terbuka untuk segala macam pemikiran-pemikiran demi kebaikan, tapi tidak untuk hal-hal fundamental, seperti keyakinan dan filosofi hidup.  Hal ini menjadi pedoman dalam menyelesaikan segala persoalan yang ada di dalam masyarakat Minangkabau.
Lilitan kain yang membentuk tikuluak ini tidak terlalu kuat dan tidak pula terlalu lemah.  Akan tetapi melilit rapat tampa tekanan kuat dari kedua ujung kain.  Hal ini dideskripsikan dalam pidato adat dengan “tagangnyo bajelo-jelo, kanduanyo badantiang-dantiang, hati lapang paham saleso, pasiah lidah pandai barundiang”.  Artinya, pendekatan cara berfikir dalam adat Minangkabau itu tidak kaku.  Hati dan pendirian harus istiqomah, akan tetapi, dalam penyampaian, karena menyangkut manusia lain, manusia banyak, maka harus mempertimbangkan segala sesuatunya.  Karena, keharmonisan dan ketentraman adalah hal yang utama.  Pendekatan ini digunakan terutama untuk masalah-masalah yang memiliki potensi untuk melebar ke mana-mana.  Artinya, perlu suasana yang tenang untuk mengeluarkan dan melaksanakan keputusan.
Selajutnya, besarnya lingkaran tikuluak yang melekat ke kepala disesuaikan dengan besarnya lingkaran kepala.  oleh karena itu, tidak ada ukuran detail untuk panjang serta lebar kain pembentuk tikuluak ini.  Hal ini menganalogikan dua hal; 1) bahwa tidak ada batasan untuk kekuatan pikiran/ isi kepala, 2) tanggung jawab keibuan/ kewanitaan yang tidak ada batasnya.  Ini dideskripsikan dengan pidato adat “salilik lingkaran kaniang, ikek santuang di kapalo, lebanyo pandindiang kampuang, panjang pandukuang anak-kamanakan.  Nan sapayuang sapatagak, di bawah payuang di lingkuang cupak”.  Nan sapayuang sapatagak mengacu kepada anak kamanakan yang ada di dalam kaum, di bawah payuang di lingkuang cupak mengacu kepada anak kemenakan non-kaum, tapi karena budaya malakok telah dianggap sebagai bagian dari kaum sendiri.
Terakhir, pemakaian tikuluak itu sendiri tidaklah kuat menekan kepala.  Karena landasan yang memlingkari kepala itu sendiri didisain menyerupai bentuk lingkaran kepala.  Pengkondisian disain inilah yang membuatnya kokoh meskipun tidak dipasang dengan kuat, tanpa bantuan alat untuk menahan agar melekat kuat ke kepala.  Hal ini di dalam pidato adat dikatakan dengan “guyahnyo bapantang tangga, kokohnyo murah diungkai”.  Nilai filosofi yang terkandung di dalamnya mirip dengan “tagangnyo bajelo-jelo, kanduanyo badantiang-dantiang”, yaitu tidak kaku dalam hal berfikir dan bersikap.  Pikiran harus terbuka, tidak terbelenggu oleh hal-hal yang bersifat teoritis.  Karena adat adalah masalah kemanusiaan yang terus berjalan.
 2.  Baju Kuruang
Baju Bundo Kanduang ini dikenal dengan nama Baju Kuruang.  Sesuai dengan namanya, maka, bangun baju ini tidak mungkin ketat.   Karena, berbeda dengan pembalut, konsep kurungan adalah menyembunyikan apa yang di dalamnya.  Oleh karena itu, baju kuruang mestinya longgar tapi tidak kedodoran.  Lehernya tidak memiliki krah/ lipatan, badannya dihiasi dengan berbagai motif-motif yang dibuat dengan benang perak, emas, dan hiasan lainnya.  Lenganya, dililiti dengan beberapa hiasan dari benang makau, di mana lilitan tersebut merupakan perpaduan benang yang kecil dan yang besar.  Bagian jahitan pangkal lengan juga ditutupi dengan hiasan dari benang makau.
Hiasan pada badan dan penutup jahitan pangkal lengan mengandung makna wewenang penuh untuk menutupi hal-hal yang bisa membuat resah masyarakat, meskipun menurut adat kebenaran hal tersebut barangkali salah.  Misalnya, berbohong untuk kebaikan, berpura-pura untuk kebaikan, dan lain sebagainya.  Barangkali inilah strategi pencitraan (make-up) ala Minangkabau.  Hal ini terlihat dari pidato adat “Batabua perak baukia, baturap jo banang ameh, basuji jo banang makau.  Panutuik jahik pangka langan, tando mambuhua ndak mambuku, mauleh ndak mangasan”.
Selanjutnya, hiasan berbentuk lilitan garis perpaduan benang kecil dan besar pada lengan mengandung makna bahwa; 1) bundo kanduang bekerja dengan aturan dan etika, 2) bundo kanduang tidak membedakan perlakuan antara anak-kemenakannya, 3) anak kemenakan tersebut selalu mengiringi untuk melindungi dan menjaga bundo kanduang tersebut.  Hal ini tersirat dalam pidato adat, “Langan balilik suok kida, basisik makau kaamasan, gadang basalo jo nan ketek.  Tandonyo bundo bapangiriang, tagak baapuang jo aturan, baukua jangko jo jangkau, unjuak baagak bainggok-an”.
3.    Kodek
Kodek ini adalah perlengkapan yang dililitkan di pinggang sebagai bawahan yang bentuknya berupa kain panjang.  Dalamnya sampai ke tumit, dibalutkan ke pinggang dengan arah balutan menuju kiri sehingga unjungnya mengarah ke kiri.  Ujung balutan bagian atas dan bawah membentuk garis serong.  Cara pemasangan yang khas ini berkaitan dengan pidato adat “Bajalan si ganjua lalai, pado pai suruik nan labiah, samuik tapijak indak mati, alu tataruang patah tigo, tibo di lasuang ramuak rampak”. Artinya, bundo kanduang itu berjalan berdaasarkan aturan dan dengan etika.  Etika yang menunjukkan kelemah-lembutan dan keagungan sifat kodrati seorang wanita yang bahkan secara kasat mata terlihat seperti tidak akan mampu menyakiti siapapun (dalam hal ini dianalogikan dengan semut).  Aturan yang bisa bisa menghancurkan yang “keras” sekalipun.  Pendek kata, wanita Minangkabau itu lembut pembawaannya tapi keras dalam menjalankan hal-hal yang sifatnya prinsipil.
4.    Salempang
Salempang merupakan kain hiasan yang  dilingkarkan dari bahu sebelah kiri ke pinggang sebelah kanan.  Simpul ikatannya tidak mati tapi berupa simpul yang bisa ditarik dengan mudah untuk melepaskannya.  Salempang ini adalah simbol dari tugas pokok dari bundo kanduang, yaitu mengenai pengelolaan sako dan pusako.  Pengelolaan sako bukan berarti menjaga gelar adat, tetapi menjaga dan mendidik atau memperhatikan pendidikan generasi penerus gelar tersebut.  Sedangkan pengelololaan pusako berarti mengelola dan memanfaatkan harta secara baik untuk kesejahteraan kaumnya.  Dalam hal pengelolaan pusako ini bundo kanduang dikenal juga dengan sebutan umbuak puro, alias juru kunci harta kaum/ nagari.  Hal ini tercermin dari ungkapan pidato adat “Salempang suto bajumbaian,…….., kapalilik anak kamanakan, kapangabek sako jo pusako, nak kokoh lua jo dalam.  Kabek salilik babuhua sentak, rapek nagari nak maungkai, tibo nan punyo tangga sajo”.
5.    Tarompah
Prinsip dasar yang terkandung di dalam filosofi ini adalah ajaran untuk memiliki dasar dalam bertindak.  Dasar itu adalah pengetahuan/ ilmu tentang hal yang akan dihadapi, stategi, persiapan diri lahir dan batin sebelum menyatakan sikap ataupun bertindak.  Tujuannya, supaya tidak ragu-ragu dalam bertindak, siap menghadapi segala kemungkinan yang bisa saja terjadi, melindungi diri dari efek-efek negatif yang barangkali muncul.  Hal ini tercermin dari pidato adat “Malangkah jan salelo kaki, maagak kuku jan tataruang, ingek sabalun kanai.  Kulimek sabalun habih, maminteh sabalun hanyuik, malantai sabalun lapuak.  Gantang tatagak jo lanjuangnyo, sumpik tatagak jo isinyo, adaik tatagak jo limbago. Adaik nan batalago buek, cupak nan tarang samato, taga dek sifaik nan badiri”.
 6.    Subang, lukuah, galang, cincin.
Subang, lukuah, galang, cincin di atas merupakan perhiasan untuk perempuan dalam konteks berpakaian Minangkabau.  Subang adalah perhiasan untuk telinga, lukuah untuk leher, galang untuk tangan, dan cincin untuk jari.  Mengenai materi dan bentuk perhiasan tersebut tidaklah disebutkan.  Hanya saja dibatasi dengan istilah “alua jo patuik ka ukuran”.   Artinya, pakailah perhiasan pada tempatnya, yaitu sesuai dengan hakikatnya yaitu untuk menghias, untuk memumbulkan kesan yang lebih baik.  Oleh karena itu, hal terpenting dalam memilih dan menggunakan perhiasan adalah dengan memperhatikan persepsi masyarakat sekitar tentang perhiasan yang ingin dipakai, serta keadaan/ kondisi diri sendiri.  Hal ini tercermin dari ungkapan pidato adat “Takanak lukuah di lihia, bagalang salingkaran langan, bacincin salingkaran jari, alua jo patuik sinan bahimpun.  Latakkan suatu pado tampeknyo, dimakan alua jo patuik, di dalam cupak jo gantang.  Mahawai jan sapanjang tangan, unjuak bahagak bahinggoan, malabihi ancak-ancak, mangurangi sio-sio”.

»»  READMORE...

Kamis, 24 April 2014

Dampak Teknologi Terhadap Pelertarian Budaya di Jawa Tengah

,
             Seiring berkembangnya zaman dari dulu sampai sekarang, telah mengalami banyak perubahan apalagi dalam bidang teknologi. Setiap saat bahkan setiap waktu teknologi dapat berubah dengan pesatnya mengingat kita hidup di zaman era globalisasi yang semakin berkembang dan berkembang.
 
Kemudian apa hubungannya antara teknologi yang semakin berkembang dengan pelestarian kebudayaan?. Tentunya tidak dapat dipisahkan karena  berkembangnya teknologi dengan pelestarian kebudayaan di Jawa Tengah membawa sebuah dampak yang dapat mempermudah pelestarian kebudayaan di Jawa tengah dan atau bahkan dapat membuat kebudayaan tersebut hilang.  

Kenapa saya berpendapat seperti itu, karena menurut saya dengan berkembangnya teknologi dapat membuat pelestarian kebudayaan semakin mudah seperti membuat blog dengan tema kebudayaan-kebudayaan yang ada di Indonesia, dengan salah satu pemanfaatan kemajuan teknologi seperti itu kita dapat dengan mudah memberikan informasi-informasi tentang kebudayaan kepada siapapun dan dimanapun karena blog tersebut tersambung dengan internet. 


Namun kenapa tadi saya berpendapat justru karena berkembangya teknologilah yang memudarkan kebudayaan, karena dengan berkembangnya teknologi dapat membuat kebudayaan asing masuk dalam kebudaya kita. Kalau kita tidak bisa menyaringnya maka hilanglah sudah kebudayaan kita. 

Di bawah ini saya akan sedikit menjelaskan dampak Positif dan negative berkembangnya teknologi di daerah asal saya yaitu Jawa Tengah, sebagai berikut :


Pengaruh Positif
Pengaruh positif kemajuan  sebagai berikut:
a.       Perubahan Tata Nilai dan Sikap. Adanya modernisasi dan globalisasi dalam budaya menyebabkan pergeseran nilai dan sikap masyarakat yang semua irasional menjadi rasional.
b.      Berkembangnya ilmu pengetahuan dan teknologi. Dengan berkembangnya ilmu pengetahuan dan teknologi masyarakat menjadi lebih mudah dalam beraktivitas dan mendorong untuk berpikir lebih maju.
c.       Tingkat Kehidupan yang lebih Baik. Dibukanya industri yang memproduksi alat-alat komunikasi dan transportasi yang canggih merupakan salah satu usaha mengurangi penggangguran dan meningkatkan taraf hidup masyarakat.

Pengaruh Negative

Pengaruh negative kemajuan  sebagai berikut:
a. Pola Hidup Konsumtif. Perkembangan industri yang pesat membuat penyediaan barang kebutuhan masyarakat melimpah. Dengan begitu masyarakat mudah tertarik untuk mengonsumsi barang dengan banyak pilihan yang ada.
b. Sikap Individualistik. Masyarakat merasa dimudahkan dengan teknologi maju membuat mereka merasa tidak lagi membutuhkan orang lain dalam beraktivitasnya. Kadang mereka lupa bahwa mereka adalah makhluk sosial.
c. Gaya Hidup Kebarat-baratan. Tidak semua budaya Barat baik dan cocok diterapkan di Indonesia. Budaya negatif yang mulai menggeser budaya asli adalah anak tidak lagi hormat kepada orang tua, kehidupan bebas remaja, dan lain-lain.
d. Kesenjangan Sosial. Apabila dalam suatu komunitas masyarakat hanya ada beberapa individu yang dapat mengikuti arus modernisasi dan globalisasi maka akan memperdalam jurang pemisah antara individu dengan individu lain yang stagnan. Hal ini menimbulkan kesenjangan sosial.
 
Kesimpulan
Secanggih atau semaju apapun perkembangan teknologi terhadap kebudayaan kita, kalau kita salah mempergunakanya maka akan membawa kita ke dampak negative dan sebaliknya kalau kita dapat menggunakannya dengan bijak maka  akan membawa kita ke dampak positifnya.
Semuanya kembali lagi pada diri kita masing-masing, kita sebagai makhluk social apakah teknologi yang semakin canggih bisa kita maksimalkan penggunaannya atau justru menghancurkan kebudayaan asal kita terutama Jawa tengah. Semuanya ada ditangan kita, karena kita sebagai generasi penerus bangsa.



»»  READMORE...

Tradisi Rasulan di Gunung Kidul Yogyakarta

,
a. Apakah itu Rasulan ???

Rasulan!!!! Apakah yang ada dibenak seseorang ketika mendengar kata rasulan???? Kemungkinan menurut saya kebanyakan orang pasti berpikir tidak jauh dari kata kegiatan yang ada hubungannya dengan peringatan terhadap suatu momen hidup para rasul setelah mendengar kata rasulan.

Sebenarnya Tradisi rasulan merupakan tradisi dari jaman dahulu yang masih dilestarikan sampai sekarang oleh masyarakat kabupaten Gunungkidul dari ujung barat yaitu Kecamatan Panggang dan sampai yang paling timur yakni Kecamatan Girisobo serta daerah sekitarnya. Di tempat lain biasanya tradisi rasulan dinamakan bersih dusun. Rasulan biasanya dilaksanakan setelah panen raya yang dilakukan oleh masyarakat dan dijadikan masyarakat sebagai acara untuk mengucapkan rasa syukur kepada Tuhan Yang Maha Kuasa, yang telah memberikan rizki hasil panen yang melimpah. Biasanya rasulan dilaksanakan di setiap pedesaan ataupun di padukuhan dan dengan waktu yang berbeda-beda, sesuai dengan pelaksanaan panen masing-masing desa.
Disebut dengan rasulan karena dalam acara rasulan ini salah satu tokoh yang paling dihormati yaitu Nabi Muhammad yang telah menjadi panutan manusia. Disebut bersih dusun karena dalam upacara ini terdapat hal hal yang sangat berguna, seperti kerja bakti, gotong royong, merapikan tempat-tempat umum, tempat makam, selamatan, kendurian, dan di lanjutkan dengan kirim doa kepada leluhur masyarakat tersebut, yang bertujuan meminta kemakmuran, kesehatan, terhindar dari bencana kepada Allah swt.
Dalam acara ini tokoh-tokoh yang disebut yaitu Allah swt, Nyai Roro Kidul, Ki Amongsari, Kiai bodho, leluhur desa, Nabi Leyas (ilyas), Nabi Kilir(khidzir), Kyai Kundhi, dan Nyai Kundhi. Banyak rangkaian kegiatan yang dilaksanakan dalam tradisi rasulan ini, biasanya tradisi rasulan diawali dengan bersih dusun dengan gotong royong di lingkungan dusun, seperti jalan-jalan di kampung, pembuatan pagar di pinggir jalan, membersihkan makam, mebersihkan kali dan lain sebagainya. Tradisi rasulan juga dimeriahkan dengan berbagai macam kegiatan, seperti adanya perlombaan sepakbola antar kampung, voly dan ada juga berbagai macam pertunjukan dan tontonan yang diadakan, seperti reog, jathilan, ketophrak juga kesenian kesenian yang lainnya semuanya tersebut tergantung kesanggupan warga dan dana yang tersedia.
Dalam tradisi rasulan, seluruh masyarakat menyiapkan hidangan yang sangat istimewa untuk saudara atau tetangga yang ingin bersilaturrahmi, dengan menu yang sangat komplit. Dan makanan yang tidak pernah tertinggal adalah peyek. Peyek merupakan makanan yang terbauat dari tepung beras yang dicampur dengan kacang tanah dan digoreng dengan tipis-tipis, dalam setiap ada kegiatan tradisi rasulan makanan yang satu ini tidak pernah absen. Masyarakat melakukannya untuk bersyukur kepada Allah dan menyisihkan sebagian rizkinya kepada orang lain. Dari orang berduit sampai yang kekuranganpun melakukan hal yang sama dalam penyajian hidangan.
b. Lokasi desa Wiladeg
Saat ini penulis akan menyajikan gambaran perayaan rasulan di desa Wiladeg Kecamatan Karagmojo Kabupaten Gunungkidul. Desa Wiladeg berada sekitar 5 km dari kota Wonosari kearah timur laut yaitu pada Jl.Wonosari-Semin. Desa yang kebanyakan masyarakatnya berwirausaha menjual bahan-bahan bangunan.
c. Sejarah rasulan di desa Wiladeg
Menurut saudara Jefri yang notabene berdomisili di desa Wiladeg tradisi rasulan sudah ada sejak lama, bahkan sejak agama islam belum masuk di desa Wiladeg, saat itu menurut berita dari mulut kemulut warga tradisi rasulan Wiladeg namanya bukan rasulan, dan belum diketahui kapan akhirnya diberi nama dengan tradisi rasulan. Tradisi ini berjalan dengan turun-temurun. Tradisi rasulan dilaksanakan untuk mengucapkan syukur kepada Tuhan atas rizki yang telah diberikan. Menurut saudara Jefri, tradisi rasulan di desa Wiladeg merupakan kegiatan yang selalu dilakukan oleh warga Wiladeg disetiap tahunnya, bahkan sampai-sampai sudah mendarah daging di kalangan masyarakat. Dan tradisi rasulan merupakan agenda rutin yang dilaksanakan oleh masyarakat desa Wiladeg.

d. Waktu dan tempat pelaksanaan
Pelaksanaan tradisi rasulan di desa Wiladeng dilaksanakan setahun sekali saat musim panen tiba, yang dilaksanakan pada hari jum’at legi (nama pasaran jawa). Tradisi rasulan dilaksanakan di pusatkan di balai desa, pelaksanaan tradisi rasulan pun dilaksanakan di jalan-jalan, kali, di tempat-tempat yang di anggap keramat oleh warga desa Wiladeg.
e. Pelaksanaan kegiatan
Kemeriahan pelaksanaan tradisi melebihi dari kemeriahan hari-hari besar lainnya seperti lebaran dan natal, masyarakat luar kota pun datang jauh-jauh untuk menikmati suasana tradisi rasulan di desa yang sangat meriah, dan hal ini sekaligus menjadi penarik wisatawan untuk berwisata budaya di desa Wiladeg. Pelaksanaan acara tradisi rasulan di desa wiladeg biasanya dilakukan selama tiga hari. Ketiga hari tersebut merupakan agenda inti dari tradisi rasulan, akan tetapi silaturrahmi yang di lakukan masyarakat akan berlangsung hingga satu minggu. Pada hari pertama diawali dengan masyarakat bergotong royong membersihkan lingkungan desa yang biasa disebut bersih desa, seluruh elemen masyarakat dari petani sampai konglomeratpun diharuskan terjun ke lingkungan untuk ikut andil dalam kerja bakti tersebut, dan untuk menciptakan suasana masyarakat yang saling tolong-menolong antara masyarakat yang satu dengan yang lainnya serta untuk menumbuhkan rasa cinta kepada lingkungan.

Adapun objek dari yang dibersihkan adalah lingkungan sekitar masyarakat seperti jalan, tempat ibadah dan lain sebagainya. Salah satu tempat yang dibersihkan dan dianggap sakral oleh masyarakat desa wiladeg yaitu kali Banteng yang berada di sekitar desa wiladeng, yang konon dari sungai itulah desa Wiladeng terbangun sehingga terbentuklah desa Wiladeng seperti sekarang ini. Kemudian setelah masyarakat melakukan bersih-bersih desa, dilanjutkan dengan doa bersama di tempat-tempat yang dianggap sakral seperti di kali banteng yaitu dengan disediakannya makanan-makan yang bermacam-macam, dan sesajen-sesajajen sedemikian rupa yang dipimpin oleh Kiyai Haji Mubari M.Z dan tempat-tempat lainnya.
Kemudian pada hari intinya yaitu hari jumat legi dimana merupakan puncak dari kegiatan tradisi rasulan pada pagi harinya masyarakat membuat gunungan-gunungan bermacam macam yang biasanya terbuat dari hasil panen di desa Wiladeg, ada juga replika besar dari hewan ternak seperti sapi, kambing, ayam, dan tanaman palawija seperti jagung, singkong dan lainnya. Gunungan-gunungan ini diarak menyusuri desa yang dilaksanakan dan dimeriahkan oleh warga. Biasanya dalam pengarakan ini baris yang paling depan adalah Reog yang melambangkan prajurit kemudian setelah itu sesepuh desa Wiladeg yang memimpin pengaraan ini yaitu oleh sesepuh desa Wiladeg yang bernama Mbah Gembong, kemudian di belakang sesepuh yaitu gunungan-gunungan yang bermacam-macam tersebut. Setelah gunugan-gunungan tersebut diarak mengelilingi desa, semuanya di taruh di halaman balai desa Wiladeg. Pada pukul 14.00 siang, Masyarakat berkumpul di balai desa untuk menyaksikan gunungan-gunungan tersebut dan akan merebutkan gunungan-gunungan pada saat penutupan. Dalam tradisi rasulan desa Wiladeg biasanya dalam puncak acara tradisi rasulan bapak camat dan bapak lurah di undang untuk menghadiri acara tersebut.

Kemudian gunung-gunung itu di doakan oleh Kiyai Haji Mubari M.Z, yang merupakan panutan di desa Wiladeg. Setelah di doakan gunugnan-gunungan tersebut dipersilahkan kepad warga untuk mengambilnya, dan akhirnya gunungan-gunungan tersebut di perebutkan oleh warga yang barang siapa yang mendapatkan bagian dari gunungan-gunungan tersebut dipercaya akan mendapat berkah yang lebih dari Tuhan Yang Maha Kuasa. Kemudian setelah prosesi gunungan-gunungan selesai pada sore harinya diadakan pertandingan-pertandingan olahraga seperti sepakbola, voli. Biasanya dalam pelaksanaan pertandingan sepakbola ataupun voly desa Wiladeng mengundang dari klub di luar desa tersebut. Dan dimalam harinya diakhiri dengan pertunjukan wayang kulit, akan tetapi meskipun dari desa Wiladeng ada dalang dalm pertunjukan wayang kulit dalam tradisi rasulan di desa Wiladeg di datangkan dari luar, mesipun acara penutupan setelah pertunjukan wayang kuli, masyarakat masih ramai setelah hari penutupan tersebut.
f. Tujuan diadakan tradisi rasulan di desa Wiladeg
Di desa Wiladeg tradisi Rasulan merupakan kegiatan yang tidak bisa ditinggalkan, ada tujuan-tujuan yang hendak dicapai masyarakat dengan dilaksanakannya tradisi rasulan ini, yaitu :                  1. Syukuran : di dalam kegiatan rasulan terdapat acara doa-doa, mengucap rasa syukur kepada Tuhan Yang Maha Esa. dilaksanakan supaya masyarakat bersyukur kepada Tuhan Yang Maha Esa yang telah memberikan rejeki yang melimpah.
2. Melestarikan tradisi : diharapkan dengan dilaksankan tradisi ini dapat mempertahankan tradisi yang di tinggalkan nenek moyang supaya tradisi ini selalu tetap berjalan sampe anak cucu mereka.
3. Memperkokoh tali persaudaraan : kemudian tradisi rasulan tongini di laksanakan supaya dengan dilaksanakannyaacara ini dengan teratur dapat memperkokoh tali persaudaraan antara masyarakat, dengan gotong-royong otomatis masyarakat saling bantu membantu antara yang satu dengan yang lainnya.
4. Menarik wisatawan : dengan diadakannya kegiatan tradisi rasulan ini diharapkan menjadi penarik wisatawan domestik maupun luar yang ingin berwisata budaya.
g. Kesimpulan
Tradisi rasulan di desa Wiladeg merupakan salah satu bagian dari tradisi rasulan yang ada di Gunungkidul. Tradisi rasulan merupakan aset bedaya yang sangat perlu untuk dipertahankan, karena dengan keunikan dan kekhasannya, kelestarian jiwa kebersamaanya dengan semangat bergotong-royong maka keharmonisan masyarakat dapat terwujud. Dan tradisi rasulan ini bisa menjadi salah satu aset budaya bangsa yang patut dengan bangganya kita mempertahankan dan mempublikasikannya ke dunia internasional.
»»  READMORE...
 

Tisu Kado Copyright © 2011 | Template design by O Pregador | Powered by Blogger Templates