. Tisu Kado
Efek Blog

Rabu, 20 November 2024

KOMPETENSI GURU PROFESIONAL DAN LITERASI BAGI PROFESI GURU

,


UJIAN TENGAH SEMESTER (UTS)

KOMPETENSI GURU PROFESIONAL DAN LITERASI

BAGI PROFESI GURU

 

Ditulis Guna Memenuhi Tugas Ujian Tengah Semester (UTS) Mata Kuliah Pengembangan Guru Profesional Berliterasi Pancasila

 

 

Disusun Oleh:

Leli Nur Hidayati                    1924710198

 

 

 

 

PROGRAM STUDI BIMBINGAN DAN KONSELING

PENDIDIKAN PROFESI GURU

UNIVERSITAS PANCASAKTI TEGAL

TAHUN 2024/2025

 


KOMPETENSI GURU PROFESIONAL DAN LITERASI BAGI PROFESI GURU

Abstrak

Kompetensi guru professional dan literasi merupakan dua aspek penting dalam meningkatkan kualitas pendidikan di Indonesia. Pada abad ke-21 ini, teknologi semakin berkembang kemampuan literasi tidak hanya untuk peserta didik saja, tetapi juga bagi para guru. Di tengah perkembangan teknologi informasi yang pesar, peran guru tidak hanya terbatas pada penyampaian materi atau pengetahuan saja, tetapi mencakup kemampuan untuk membimbing peserta didik dalam mengakses, menganalisis, dan menggunakan informasi secara efektif.

Kompetensi guru professional ada 4 yaitu: kompetensi pedagogic, kompetensi kepribadian, kompetensi social, dan kompetensi professional. Selain keempat kompetensi guru professional, kita sebagai guru juga harus memiliki soft skill yang baik.

Kata kunci : kompetensi guru professional, soft skill, budaya literasi



A.  PENDAHULUAN

Kompetensi guru professional dan literasi merupakan dua aspek yang sangat penting dalam meningkatkan kualitas pendidikan di Indonesia. Di era yang semakin berkembang ini, kemampuan literasi tidak hanya menjadi bekal untuk peserta didik saja, tetapi guru juga memerlukan kemampuan literasi tersebut. Seiring dengan perkembangan teknologi pada zaman ini menjadi tantangan tersendiri bagi para pendidik. Selain peserta didik yang dituntut untuk dapat bersaing di era ini, tenaga pendidik khususnya guru juga dituntut untuk dapat mengikuti setiap perkembangan yang ada, agar dapat memberikan pembelajaran yang efektif dan interaktif sehingga memaksimalkan potensi yang ada dalam diri peserta didik.

Dalam konteks pendidikan yang terus berubah, kompetensi guru professional semakin genting. Seorang guru tidak hanya menjadi penyalur informasi saja, tetapi sebagai fasilitator yang dituntut untuk mampu membimbing peserta didik dalam mengembangkan keterampilan berpikir kritis, kreatif, dan kolaboratif. Oleh karena itu, guru perlu memiliki pemahaman yang mendalam tentang topik layanan yang akan disampaikan oleh guru khususnya guru Bimbingan dan Konseling karena sebelum memberikan topik layanan bimbingan klasikal, guru Bibingan dan Konseling harus melakukan assessment kebutuhan peserta didik terlebih dahulu sehingga layanan yang diberikan akan sesuai dengan kebutuhan peserta didik.

Sementara itu, literasi di era digital bukan hanya sekedar kemampuan membaca dan menulis. Literasi informasi, literasi digital, dan literasi media menjadi bagian yang tidak dapat dipisahkan dari pendidikan abad 21 ini. Guru yang memiliki kemampuan literasi yang baik dapat membantu peserta didik untuk mengarahkan berbagai sumber informasi, menganalisis materi secara ktitis, dan menggunakan teknologi secara efektif dalam pembelajarannya.

Keterkaitan antara kompetensi professional guru dan budaya literasi juga terlihat dalam bagaimana guru menciptakan lingkungan belajar yang mendukung. Lingkungan belajar juga merupakan bagian penting dari proses pembelajaran.

B.  PEMBAHASAN

1.      1.   Kompetensi Guru Profesional

Kompetensi guru professional mencakup banyak hal seperti pengetahuan, keterampilan, dan sikap yang diperlukan untuk melaksanakan tugas mengajar dengan baik. Berdasarkan Undang-Undang No.14 Tahun 2005 tentang Guru dan Dosen, kompetensi guru dibagi menjadi 4 kategori, yaitu:

a.  Kompetensi Pedagogik yaitu kemampuan guru dalam merencanakan, melaksanakan, dan mengevalusi pembelajaran. Guru yang memiliki kompetensi pedagogic yang baik dapat menciptakan lingkungan belajar yang kondusif dan menggunakan berbagai strategi yang sesuai dengan karakteristik siswa.

b.   Kompetensi Kepribadian yaitu melibatkan sikap dan perilaku guru yang mencerminkan integritas, etika professional, serta kemampuan untuk menjadi teladan bagi siswa. Guru yang memiliki kompetensi ini diharapkan dapat menjadi contoh yang baik dalam kehidupan sehari-hari, baik dalam hal moral maupun social.

c.    Kompetensi Sosial yaitu kemampuan guru untuk berkomunikasi dan berinteraksi dengan berbagai pihak, termasuk siswa, orangtua, dan rekan sejawat. Guru yan memiliki kompetensi social yang tinggi dapat bekerja sama dengan masyarakat dalam membangun pendidikan yang lebih baik.

d.      Kompetensi Profesional yaitu berkaitan dengan penguasaan materi pelajaran yang diajarkan oleh guru. Guru yang professional harus memiliki pengetahuan yang mendalam tentang bidang studi yang diampunya, serta mampu menyampaikan materi tersebut dengan cara yang efektif dan menarik bagi siswa.

Berdasarkan keempat kompetensi di atas maka dapat disimpulkan bahwa kompetensi guru tidak hanya meliputi proses belajar dan mengajar saja melainkan kempuan interpersonal, moral, dan professional juga harus di terapkan dalam kehidupan sehari-hari.

Kompetensi guru professional sangat penting dalam mencapai tujuan pendidikan nasional. Guru yang memiliki kompetensi tinggi dapat memberikan ilmu yang berkualitas sehingga dapat mendorong peserta didik untuk berpikir kritis, serta membantu peserta didik menghadapi tantangan di abad ke 21. Peneliti menunjukan bahwa guru yang cakap dalam mengolah informasi dapat meningkatkan berbagai kompetensi dan keahlian dalam menjalankan tugas sebagai seorang guru professional. Diungkapkan oleh (Wardoyo et al., 2017) bahwa profesionalisme seorang guru dapat dilihat apabila dalam dirinya melekat sikap dedikatif terhadap tugasnya, termasuk dalam berbagai program-program yang dicanankan oleh pemerintah yang bertujuan untuk memajukan masyarakat.

Selain 4 kompetensi guru yang harus dikuasai, soft skills memiliki peran yang sangat penting. Secara tidak langsung jika kita perhatikan, soft skill dapat mempengaruhi kualitas diri seseorang tersebut seperti: cara orang tersebut berinterakasi dengan orang lain, bagaimana menghadapi tantangan, dan beradaptasi dengan lingkungan sekitar. Seseorang dengan soft skill yang kuat akan lebih dapat mengatasi tantangan ataupun hambatan yang ada, dapat membangun hubungan yang positif dan harmonis, dan menunjukan kinerja yang lebih tinggi. Berikut beberapa alasan mengapa soft skill sangat penting:

a.   Memiliki skill komunikasi yang efektif sehingga membantu seseorang menyampaikan ide dengan jelas, memahami instruksi, dan memudahkan berkolaborasi dengan tim.

b.   Kemampuan beradaptasi dalam dunia kerja perubahan-perubahan itu pasti dan kemampuan beradaptasi yang tinggi dapat secara langsung membuat seseorang tersebut dengan mudah mengikuti perubahan-perubahan yang ada.

c.   Empati dan kecerdasan emosional, dalam dunia pekerjaan memahami emosi dan pemikiran orang lain adalah sesuatu yang penting. Seseorang dengan kecerdasan emosional yang tinggi juga tidak kalah penting dari semuanya karena seseorang dengan kecerdasan emosional yang baik akan menjadi seseorang yang tenang. Tenang dalam artian dapat menempatkan diri dengan baik dan dapat menyelesaikan masalah dengan kepada dingin.

d.   Kepemimpinan dan management sangat penting untuk dimiliki karena kemampuan memimpin, mengambil inisiatif, memecahkan masalah, dan kemampuan mengajak ataupun menginspirasi orang lain dapat membantu individu tersebut berkembang menjadi pemimpin yang hebat.

 

2.       2. Budaya Literasi

Budaya literasi adalah kebiasaan membaca dan menulis yang menjadi bagian penting dalam kehidupan sehari-hari. Dalam konteks pendidikan, budaya literasi tidak hanya melibatkan kemampuan membaca dan menulis, tetapi juga kemampuan untuk mengakses, menggunaan, menafsirkan, dan mengkomunikasikan informasi secara efektif. Menurut Fitriyani (2016) peran guru dalam literasi di sekolah antara lain menyediakan sarana dan prasarana pendukung kegiatan literasi seperti buku-buku, pojok baca, poster, kata-kata motivasi, dan bahan kaya teks lainnya. Saat ini jika kita perhatikan baik-baik dalam setiap kelas suatu sekolah pasti sudah ada pojok bacanya, namun terkadang masih banyak memerlukan ketersediaan buku yang memadai.

Budaya literasi sangat berperan penting dalam peningkatan pendidikan karakter pada setiap individu baik untuk guru maupun peserta didik. Dengan membangun budaya literasi yang kuat, dapat meningkatkan beberapa keahlian, seperti:

a.   Meningkatkan pemahaman informasi sehingga dapat membuat keputusan yang lebih tepat.

b.   Mengembangkan pola pikir yang kritis, melalui kegiatan membawa dan menulis, individu dapat mengasah kemampuan berpikir kritis yang sangat penting dalam menghadapi tantangan di abad ke-21.

c.   Membangun karakter melalui literasi kita diajarkan nilai-nilai seperti disiplin, tanggung jawab, dan rasa ingin tahu yang membuat kita selalu ingin membaca.

d.   Memperkaya perbendaharaan kalimat kita.

3.      3.  Hubungan Antara Kompetensi Profesional dan Budaya Literasi

Kompetensi professional guru dan budaya literasi saling berkaitan erat. Guru yang memiliki literasi tinggi tentunya menjadi nilai plus tersendiri, karena dapat merancang pembelajaran yang mendorong peserta didik untuk berpikir kritis dan kreatif. Guru yang memiliki pemikiran kritis akan mencetak peserta didik yang berpikir kritis juga, karena guru dapat memberikan pertanyaan-pertanyaan pematik agar peserta didik dapat berpikir secara kritis. Melalui praktik baik dalam literasi, guru dapat meningkatkan kemampuan pedagogiknya. Dengan demikian, pengembangan kedua aspek ini harus dilakukan secara bersamaan.


C.  PENUTUP

Kompetensi guru professional dan budaya literasi adalah dua elemen penting yang harus dimiliki oleh setiap guru untuk meningkatkan mutu pendidikan. Dengan mengembangkan kedua aspek ini secara bersamaan, diharapkan para guru dapat menjadi teladan bagi peserta didik dalam hal membaca dan menulis serta mampu menghadapi tantangan pendidikan di abad ke-21. Oleh karena itu, diharapkan pemerintah dan Lembaga pendidikan dapat terus mendukung pengembangan kompetensi ini melalui program-program pelatihan dan penguatan budaya literasi di sekolah-sekolah.



DAFTAR PUSTAKA

 

Depdiknas. (2005). Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 14 Tahun 2005

tentang Guru dan Dosen. Jakarta: Departemen Pendidikan Nasional.

 

Fitriyani, Piya. 2016. Peran Guru dalam Mengembangkan Gerakan Literasi Melalui Kegiatan Kunjungan Perpustakaan di Kelas 2 Sekolah Dasar.

 

Wardoyo, C., Herdiani, A., & Sulikah,. (2017). Teacher Professionalism: Analysis of Profeeionalism Phases. International education Studies, 10(4), 90-100. https://doi.org/10.5539/ies.v10n4p90

 

 


»»  READMORE...

Rabu, 07 Oktober 2015

Keterampilan Dasar dan Teknik Konseling

,
1) Apa definisi ketrampilan dasar konseling?
Jawab:
      Menurut Saiful Mustaqim (2008) Istilah keterampilan berawal dari kecakapan melaksanakan, mengolah dan menciptakan dengan dasar kinerja psychomotoric skill. Begitu pula dengan keterampilan dasar konseling, seorang konselor harus mempunyai kecakapan untuk melaksanakan konseling, mengolah apa yang diungkapkan oleh konseli dan menciptakan suasana yang kondusif dalam konseling agar konseli merasa nyaman saat mengikuti konseling.
     Sugiharto dan Mulawarman (2008), mengemukakan keterampilan dasar konselor, berwujud pada kemampuan berkomunikasi konselor, baik itu interpersonal, intervensi atau pun integrasi. Keterampilan dasar konseling merupakan langkah awal sebagai bekal untuk melakukan kegiatan konseling. Karena tanpa adanya keterampilan-keterampilan yang dimiliki oleh konselor, konseling pun dapat diprediksi kurang berjalan dengan lancar dan akan menghambat proses konseling.
2) Apa fungsi kdk bagi guru bimbingan dan konseling?
Jawab:
      Fungsi dari ketrampilan dasar konseling bagi guru bimbingan dan konseling yaitu agar proses konseling dapat berjalan dengan baik, sehingga dapat mencapai tujuan dari konseling itu secara maksimal maka seorang konselor atau guru bimbingan dan konseling harus menguasai ketrampilan dasar konseling yang menjadi dasar dari proses konseling.
 3) Jelaskan dengan rinci mengenai ketrampilan attending!
Jawab:
      Keterampilan attending sangat penting karena akan memberikan kesan awal kepada konseli. Attending merupakan bentuk dari rasa hormat konselor kepada konseli. Attending merupakan sebuah keterampilan berupa pemberian perhatian secara fisik kepada konseli. attending ditunjukkan dengan bahasa non verbal yang membawa arti positif kepada terciptanya positif thinking pada diri konseli. Keterampilan ini dapat meliputi, gerakan tubuh, tatapan mata, lingkungan nyaman, dan interaksi yang tidak berlebihan. Berikut bentuk-bentuk attending yaitu :
1. Penyesuaian perilaku non verbal
     Di samping menggunakan respons-respons minimal, cara lain bagaimana konselor membuat klien-kliennya merasa benar-benar didengar adalah menyesuaikan perilaku non verbalnya. Misalnya, jika klien menyandarkan tubuhnya di kursinya dan ia menyilangkan kakinya lalu kemudia secara wajar konselor menyesuaikan sikap duduknya supaya serupa dengan klien, maka kemungkinan besar klien lebih merasa nyaman. Dengan melakukan hal tersebut, klien cenderung merasa-seolah-olah ada kedekatan dirinya dengan konselor, bukan memandang konselor sebagai seorang yang lebih superior, seorang ahli yang suka duduk diam dan bersandar di kusrsinya, mendengarkan dan menilai apa yang dikatakannya.
2. Kedekatan fisik
    Kita memiliki level kenyamanan yang berbeda dalam hubungannya dengan kedekatan fisik, dan kita perlu memperhitungkan bahwa ada perbedaan-perbedaan besar dalam tingkat-tingkat kenyamanan berkaitan dengan kedekatan fisik untuk orang-orang dari kultur-kultur berbeda, pikirkanlah apa yang Anda raskan jika orang yang sedang Anda ajak bicara berdiri jauh dari tempat anda atau sedikit menjauh ketika Anda sedang berbicara.
     Jadi sebagai seorang konselor sebaiknya kita duduk dengan jarak yang sesuai dengan orang yang sedang kita tolong supaya merasa nyaman. Ingatlah sebagai konselor Anda perlu memiliki kepekaan dan berhati-hati untuk tidak menganggu privasi orang lain suapaya orang yang kita bantu bisa merasa nyaman.
3. Pemanfaatan gerak-gerik tubuh
     Kadang-kadang, pada saat-saat penting dalam proses konseling atau ketika seorang klien mengalami tekanan emosi yang sangat tinggi, akan lebih baik jika konselor mencondongkan tubuhnya ke depan. Sikap tubuh seperti ini akan membantu klien merasa bahwa konselornya mau melibatkan diri dalam problemnya dengan cara yang empatik. Namun, konselor harus berhati-hati agar tidak bergerak terlalu cepat saat konseling berjalan karena ini dapat mengganggu konsentrasi klien dan menrintangi alur pikirnya.
4. Ekspresi wajah
     Ekspresi wajah biasanya membawa dampak besar terhadap proses melibatkan diri. ekspresi wajah kita tidak memberikan tanda-tanda yang jelas tentang apa yang sedang kita pikirkan dan tentang sikap kita terhadap sesuatu.
5. Kontak mata
     Kontak mata merupakan cara yang penting karena melalui ini manusia membangun kontak dengan orang lain dan saling melibatkan diri. kita tidak hanya menggunakan kedua mata kita untuk menjalin kontak, tetapi juga untuk menyampaikan pesan-pesan melalui cara kita menggunakan mata. Penting untuk diingat bahwa budaya yang berbeda memiliki norma sosial yang berbeda juga dalam hal level-level kontak mata yang dianggap pantas.
»»  READMORE...

Kamis, 16 April 2015

REVIEW KULIAH UMUM “ BIMBINGAN & KONSELING DI SEKOLAH DASAR”

,
     Saat ini keberadaan Bimbingan dan Konseling bukan hanya ada di dalam Sekolah Menengah Pertama dan Sekolah Menengah Atas saja, namun bimbingan dan Konseling pun sudah ada dalam Sekolah Dasar. Meskipun dalam pelaksanaannya masih jarang ditemui, hal tersebut merupakan kabar gembira untuk kita semua. Bimbingan dan konseling dalam Sekolah Dasar sangatlah penting untuk membantu tugas perkembangan siswa di Sekolah dasar dan untuk mengetahui potensi-potensi peserta didik sejak dini. 
     Menurut Erni Setyani, S.Pd salah seorang praktisi yang diundang ke Universitas Teknologi Yogyakarta berkata, “Bimbingan dan Konseling di Sekolah Dasar sebenarnya hampir sama seperti Bimbingan dan Konseling di Sekolah Menengah Pertama dan Sekolah Menengah Atas, yang membedakan hanyalah dalam pelayanannya”. Jenis pelayanan disesuaikan dengan tugas perkembangan anak SD yang berkisar antara 6-12 tahun.  
     Tugas perkembangan antara anak SD, SMP, dan SMA/SMK berbeda-beda sesuia dengan tahap perkembangannya. Menurut Havigurst, “ Tugas perkembangan yang gagal dipengaruhi oleh peserta didik, dapat memunculkan ketidak bahagiaan, penolakan dari masyarakat, serta kesulitan dalam menghadapi masa-masa berikutnya”.  Seorang anak Sekolah Dasar yang meloncati tugas perkembangannya di anggap gagal dalam melaksanakan tahapan-tahapan perkembangannya. Berikut adalah tugas dan perkembangan anak Sekolah Dasar atau Madrasah Ihtidiah :
1. Memiliki kebiasaan dan sikap dalam beriman dan bertaqwa kepada Tuhan Yang Maha Esa.
2. Mengembangan keterampilan dasar dalam membacar, menulis, dan berhitung.
3. Mengembangkan konsep-konsep yang perlu dalam kehidupan sehari-hari.
4. Belajar bergaul dan bekerja dengan kelompok sebaya.
5. Belajar menjadi pribadi yang mandiri.
6. Mempelajari keterampilan fisik sederhana yang diperlukan baik untuk permainan maupun kehidupan.
7. Mengembangkan kata hati, moral, dan nilai-nilai sebagai pedoman perilaku.
8. Belajar memahami diri sendiri dan orang lain sesuai dengan jenis kelaminnya dan menjalankan peran tanpa membedakan jenis kelamin. 
     Tujuan diadakannya pelayanan bimbingan dan konseling adalah untuk membantu memandirikan peserta didik dan mengembangkan potensi-potensi yang mereka miliki agar berkembang secara optimal. Sedangkan pandangan dasar Bimbingan dan Konseling di Sekolah Dasar adalah sebagai berikut:
1. Bimbingan dan Konseling terbatas pada pengajaran yang baik
2. Bimbingan dan Konseling hanya diberikan pada peserta didik yang menunjukan gejala penyimpangan dari laju perkembangan yang normal.
3. Pelayanan Bimbingan dan Konseling tersedia untuk semua peserta didik, agar proses perkembangannya berjalan lebih lancer
4. Bidang pelayanan: pribadi, social, belajar, dan karir.
5. Fungsi pelayanan: pemahaman, pencegahan, pengentasan, pemeliharaan, dan pengembangan, advokasi.
       Dalam pelaksanaan Bimbingan dan Konseling di Sekolah Dasar tentunya menemui berbagai macam permasalahan-permasalahan yang berbeda-beda seperti : Penyesuaian diri awal masuk sekoah, tidak mau makan, Membrontak di kelas, Suka memukul, Berkelahi, Suka bohong, Kecanduan video porno, Tempramen, Bulying, Caper, dan lain-lain. 
      Setelah mengikuti perkuliahan yang diadakan Fakultas Pendidikan Universitas Teknologi Yogyakarta dengan mendatangkan praktisi dari SD Al- Azhar Ibu Erni Setyani, S.Pd telah membuka hati para calon konselor bahwa ternyata Bimbingan dan Konseling di Sekolah Dasar ternyata sangatlah menyenangkan karena dapat berinteraksi dengan peserta didik dengan baik dan menjalin tali silaturahmi dengan wali murid dengan baik juga, dalam pelaksanaannya wali murid sangatlah berperan penting dalam pelaksanaan Bimbingan dan Konseling di Sekolah Dasar. 



Referensi :
Irham, Muhammad dan Novan, Ardy Wiyani. 2014. Bimbingan dan Konseling Teori dan Aplikasi di Sekolah Dasar. Yogyakarta: Ar-Ruzz Media
»»  READMORE...

Jumat, 13 Maret 2015

Resensi Film "The Pursuit of Happyness"

,
Resensi Film
Judul film   : The Pursuit of Happyness
Sutradara    :  Gabriele Muccino
Produser     : - Will Smith
- Steve Tisch
- James Lassiter
- Todd Black
- Jason Blumenthal
Penulis        : Steven Conrad
Pemeran      : - Will Smith
             -  Jaden Smith
             - Thandie Newton
             - Dan Castellaneta
Durasi         : 109 Menit

     The Pursuit of Happyness adalah salah satu sinema bertemakan keluarga yang sangat bagus untuk ditonton. Film tersebut mengisahkan tentang sebuah keluarga kecil yaitu keluarga Gardner, awalnya kehidupan keluarga tersebut sangatlah harmonis dan bahagia apalagi saat mereka memutuskan untuk memborong sebuah mesin untuk menscan tulang yang biasa disebut Bone Density Scanner  mereka menghabiskan seluruh tabungan hanya untuk membeli mesin tersebut dan mereka juga berpindah ke sebuah apartemen. Mereka sangatlah berbahagia karena mereka berfikir bahwa mesin tersebut dapat menghasilkan banyak uang sampai-sampai mereka menyuruh pemilik apartemen untuk memfotokan keluarga mereka di dekat mesin-mesin tersebut.
           Hari demi hari telah mereka lewati awalnya bahagia-bahagia saja, namun tiba pada waktunya keluarga mereka untuk membayar tagihan apartemen dan ternyata mereka sudah menunggak dua bulan dan saat itu keadaan perekonomian keluarga tersebut sedang mengalami kesulitan dimana mesin tersebut sudah jarang yang membeli karena dinilai kurang canggih.
          Linda adalah sosok istri dan sosok ibu yang baik dan kuat, namun cobaan demi cobaan silih berganti hingga Linda pun sudah tidak sanggup untuk menghadapinya. Ia merasa sudah tidak ada lagi kebahagiaan dalam keluarganya yang ada hanya kesengsaraan yang ditimbulkan oleh Chris Gardner karena ia tidak mempunyai sebuah penghasilan yang tetap bahkan bisa dikatakan ia tidak mempunyai sebuah penghasilan, jadi Linda harus bekerja keras demi menghidupi keluarganya.
          Karena ia merasa masalah itu terlalu berat baginya akhirnya ia memutuskan untuk pergi ke New York dan memilih untuk berpisah dengan suaminya. Awalnya ia ingin membawa Chistopher anaknya namun Chris Gardner bersikukuh untuk tetap bersama anaknya, karena seumur hidupnya ia tidak mengetahui siapa Ayahnya dan ia tidak ingin anaknya mengalami hal yang sama dengan dirinya. Karena alasan tersebut Linda mempercayai Chris untuk mengasuh Christopher walaupun berat namun ia mempercayai Chris.
             Setelah ditinggal oleh istrinya Chris berusaha untuk mencari suatu pekerjaan yang layak demi menghidupi anaknya, kemudian ia teringat akan berbincangannya dengan orang yang mempunyai mobil ferarri yang bernama Jay ia bertanya pada Jay bagaimana cara kau bisa mendapatkan mobil itu? Bagaimana caranya? Lalu Jay menjawab saya bekerja di Pialang Saham Dean Witter Reynolds, setelah itu Chris berusaha keras untuk dapat bekerja di perusahaan tersebut cara demi cara ia lewati tentunya dengan berbagai macam rintangan selama ia magang ia tidak pernah di gaji, awalnya bagi ia itu gila karena ia membutuhkan uang untuk menghidupi anaknya namun karena ia ingin kehidupannya lebiah baik ia mencoba untuk bertahan.
           Suatu saat ia tidak bisa membayar uang sewa apartemennya dan tanda bertemu dengan pemilik apartemen tersebut barang-barang Chris dan anaknya sudah ada di luar menandakan bahwa Chris sudah diusir. Saat itu ia sangatlah kebingungan karena ia saat itu benar-benar tidak mempunyai uang sama sekali karena uang didalam tabungannya secara tiba-tiba hilang diambil oleh pemerintah karena Chris tidak membayar tagihan tilang itu terjadi karena kebiasaannya yang suka memparkir mobil sembarangan. Chris sangatlah kebingungan ia bingung mau membawa anaknya kemana ia berjalan tanpa arah seperti laying-layang  yang baru saja putus, hingga anaknya merasa lelah untuk berjalan. Saat itu Chris berfikir bagaimana cara agar anaknya tetap bahagia, ia mengatakan pada anaknya bahwa mesin scanner tulang itu memang mesin waktu kemudian ia menyuruh anaknya untuk memutar mesin tersebut setelah diputar ia dan anaknya berpura-pura bahwa mereka sedang ada di masa lalu dimana dinosaurus masih ada dan kemudian ia membawa anaknya ke dalam toilet yang mereka sebut dengan gua dan disitulah mereka tidur dalam adegan ini sangatlah mengharu biru karena Chris menggunakan tangan dan kakinya untuk menghalangi orang-orang masuk kedalam toilet tersebut karena anaknya sedang beristirahat disini Chris sangatlah bersedih karena ia tidak bisa berbuat apa-apa untuk anaknya.
        Setelah berbagai macam rintangan tiba pada waktunya pengumuman apakah Chris akan diterima sebagai pegawai tetap atau gagal begitu saja tanpa diberi uang gaji. Saat itu sangatlah mendebarkan bagi Chris dan akhirnya Chris lolos dan diterima sebagai pegawai tetap.
     Tidak lama kemudian kehidupannya mulai membaik hingga akhirnya ia mendirian sebuah perusahaan pialang saham sendiri yang diberi nama Gardner Rich setelah itu ia mulai mendapatan uang dan menjadi seorang milyarder dan akhirnya ia hidup bahagia dengan anaknya.

Pola Asuh Keluarga Gardner dalam film tersebut :
      Pada awalnya saya kurang setuju dengan pola asuh keluarga mereka dimana mereka sering menitipkan Christopher pada sebuah lembaga penitipan anak dimana ditempat tersebut rata-rata bukanlah orang yang berasal dari Negara yang sama dengan Chris itu membuat anaknya jarang bermain bersama dengan teman sebayanya bukan hanya itu saja Chris dan Linda hamper tidak mempunyai waktu untuk sesekali bermain dengan Chris itu membuat Christopher merasa kurang diperhatikan.
       Setalah Chris dan Linda memutuskan untuk berpisah Christopher diasuh oleh ayahnya yaitu Chris, menurut saya Chris dalam mengasuh anaknya bisa dikatakan kurang baik karena Chris sendiri terlalu sibuk untuk bekerja sehingga jarang mempunyai waktu untuk bermain dengan anaknya. Namun hal tersebut dilakukan bukan karena Chris jahat atau tidak peduli dengan anaknya karena keadaanlah yang membuat Chris hamper tidak punya waktu untuk bermain dengan anaknya. Chris sangatlah perhatian dengan anaknya bahkan ia sangat mencintai anaknya lebih dari apapun. Mengetahui itu Christopher tumbuh menjadi anak yang pengertian dan mengerti sekali akan keadaan, ia tidak pernah mengeluh pada ayahnya ia tetap terlihat bahagia walaupun sebenarnya ia merasa sedih jauh dari Ibunya dan melewati berbagai macam rintangan bersama Ayahnya. Setelah saya melihat film tersebut sampai selesai saya sangat kagum dengan perjuangan seorang ayah demi anaknya dan saya juga mengagumi pola asuh yang diberikan Chris kepada Chistopher dimana ia mengajarkan arti sebuah perjuangan kepada anaknya dan arti kebahagiaan yang sesungguhnya kepada anaknya.








»»  READMORE...

Kamis, 01 Mei 2014

Pakaian Adat Sumatra Selatan

,
        Pakaian Adat Sumatra Selatan bisa dikatakan sebagai simbol peradaban budaya masyarakat Sumatra Selatan. Karena di dalamnya terdapat unsur filosofi hidup dan keselarasan. Hal ini bisa dilihat dari pilihan warna dan corak yang menghiasi pakaian adat tersebut. Ditambah dengan kelengkapannya, makin menambah kesakralan yang nampak pada tampilan pakaian adat yang berfungsi sebagai identitas budaya masyarakat Sumatra Selatan.
Daerah yang dikenal dengan sebutan “Bumi Sriwijaya” dan masyarakatnya yang dipanggil sebagai “Wong Kito Galo” memiliki pakaian tradisional yang khas dengan keragaman corak di tiap kebupaten dalam propinsi tersebut.
Dalam catatan sejarahnya, pakaian adat Sumatra Selatan berasal dari jaman kesultanan Palembang pada abad ke-16 hingga pertengahan abad ke-19. Saat itu pakaian adat tersebut hanya boleh digunakan oleh golongan keturunan raja-raja atau priyai saja. Pakaian adat ini terinspirasi dari zaman kerajaan Sriwijaya yang pernah berjaya di daerah Sumatra Selatan pada abad ke-7 sampai ke-13 Masehi. Selain faktor sejarah yang kuat, hal paling terpenting dalam hasil cipta karya budaya manusia adalah sikap memegang teguh dan r
asa bangga yang tertanam pada masyarakat Sumatra Selatan untuk tetap menggunakan pakaian adat dalam setiap moment upacara adat.
Aessan Gede dan Aesan Paksangko
Pakaian adat Suamtra Selatan sangat terkenal dengan sebutan Aesan gede yang melambangkan kebesaran, dan pakaian Aesan paksangko yang melambangkan keanggunan masyarakat Sumatera Selatan. Pakaian adat ini biasanya hanya digunakan saat upacara adat perkawinan. Dengan pemahaman bahwa upacara perkawinan ini merupakan upacara besar. Maka dengan menggunakan Aesan Gede atau Aesan Paksangko sebagai kostum pengantin memiliki makna sesuatu yang sangat anggun, karena kedua pengantin bagaikan raja dan ratu.
Pembeda antara corak Aesan Gede dan Aesan Paksongko, jika dirinci sebagai berikut; gaya Aesan Gede berwarna merah jambu dipadu dengan warna keemasan. Kedua warna tersebut diyakini sebagai cerminan keagungan para bangsawan Sriwijaya. Apalagi dengan gemerlap perhiasan pelengkap serta mahkota Aesan Gede, bungo cempako, kembang goyang, dan kelapo standan. Lalu dipadukan dengan baju dodot serta kain songket lepus bermotif napan perak.
Pada Aesan Paksangkong. Bagi laki-laki menggunakan songket lepus bersulam emas, jubah motif tabor bunga emas, selempang songket, seluar,  serta songkok emeas menghias kepala. Dan bagi perempuan menggunakan teratai penutup dada, baju kurung warna merah ningrat bertabur bunga bintang keemasan, kain songket lepus bersulam emas, serta hiasan kepala berupa mahkota Aesan Paksangkong. Tak ketinggalan pula pernak-pernik penghias baju seperti perhiasan bercitrakan keemasan, kelapo standan, kembang goyang, serta kembang kenango.
Propinsi Sumatra Selatan, memiliki sebelas kabupaten dan empat kota. Kabupaten Lahat, Kabupaten Banyuasin, Kabupaten Empat Lawang, Kabupaten Musi Rawas, Kabupaten Muara Enim, Kabupaten Musi Banyuasin, Kabupaten Ogan Ilir, Kabupaten Ogan Komering Ilir, Kabupaten Ogan Komering Ulu, Kabupaten Ogan Komering Ulu Timur, Kabupaten Ogan Komering Ulu Selatan, Kota Pagar Alam Kota Prabumulih, Kota Lubuk Linggau, Kota Palembang I, Kota Palembang II. Masing-masingnya memiliki corak pakaian adat Sumatra Selatan yang berbeda-beda antara satu daerah dengan daerah lain.
Namun meski dari ragam nampak berbeda, hampir semua pakaian adat di Sumatera Selatan menggunakan kain Songket dengan  teknik pembuatannya didasarkan pada keterampilan, ketelatenan, kesabaran, dan daya kreasi seni yang tinggi. Dalam simbol perkawinan masyarakat Sumatra Selatan, kain songket serta pakaian adat yang diberikan pada saat lamaran, kain songket melambangkan sumber kehidupan kedua pengantin serta dilihat dari segi kepribadiannya, pendidikannya, dan status ekonominya.
Tak heran, jika pemerian lamaran yang di antaranya adalah pakaian adat dan kain songket menjadi simbol derajat kehidupan pengantin. Karena pakaian adat dengan bahan dasar tenun songket terlihat dominan dengan warna keemasan yang gemerlap dan sentuhan merah merona serta merah jambu yang glamor dan elegan menjadi ciri khas pakaian adat Sumatra Selatan yang menonjolkan ciri seorang raja dan ratu Kerajaan Sriwijaya di masa kejayaannya.
Pakaian adat Sumatra Selatan, jika kita perhatikan, memeilik unsur melayu yang sangat kuat. Jas tutup bersulam emas, dipadukan dengan kain songket, celana panjang serta ikat kepala yang disebut tanjak (untuk laki-laki). Sementara untuk perempuan, menggunakan kebaya modern sebagai bajunya, dan kain songket digunakan sebagai sarung atau bawahan dan selendang.
Selain itu pakaian adat itu juga ditambah pernak pernik hiasan berupa asesoris yang di antaranya Teratai Emas, Kalung Tapak Jajo atau Kebe Nungga, Gelang Kano, Gelang Sempuru, Gelang Bermato atau Gandik, Kembang Goyang Cempako, Suri, Kembang Ure. Bahkan bukan hanya itu. Telinga dari pemakainya dipasang pula sumping bungo kertas, serta Tanjak buat untuk tutup kepala pria. Tentu saja masih banyak lagi hiasan lain yang digunakan sebagai pemanis dan indahnya pakaian tersebut.
Jika kita pernah mendengar dongeng kejayaan nusantara lama, sesunggungnya itu bukanla cerita rekaan atau dongengan semata. Negeri ini, Indonesia, memiliki sejarah kejayaan dan masa keemasan yang panjang dan silih berganti, saling menghias dan memberi corak pada kebudayaan di tiap daerah dengan keunikan dan kisahnya masing-masing. Salah satunya tercermin dalam pakaian adat kita, seperti kebesaran dan keagungan pakaian adat Sumatra Selatan yang glamor dan elegan.


sumber : http://kebudayaanindonesia.net/id/culture/998/pakaian-adat-sumatra-selatan



»»  READMORE...

Jumat, 25 April 2014

Pakaian Adat Minangkabau Bundo Kanduang

,
          Pakaian adat Bundo kanduang dideskripsikan dalam pidato adat yang cukup panjang.  Karena bahasa pidato adat itu sendiri merupakan bahasa Minang lama, sangat susah untuk bisa memahami deskripsi tersebut dengan baik.  Oleh karena itu, lewat tulisan ini saya mencoba menjelaskan filosofi yang terkandung di dalam pakaian adat Bundo Kanduang tersebut.
 
1.  Tikuluak
Tikuluak ini adalah pakaian untuk penutup rambut.  Bentuknya mirip dengan tanduk kerbau atau bangun kapal.  Dua gonjong di kiri kanan yang sering diidentikkan dengan tanduk kerbau ini sebenarnya lebih tepat jika diidentikkan dengan bangun kapal.  Karena, di dalam deskripsi pidato adat dikatakan bahwa kedua gonjong tersebut merupakan lambang keharmonisan/ keseimbangan antara adat dan syarak (ABS-SBK).  Yaitu, “gonjong ateh balik batimpa, lambang naraco bayangan adaik, adaik nan basandi syarak, syarak nan basandi kitabullah”.  Sama dengan filosofi bentuk kapal yang berbentuk demikian untuk tujuan keseimbangan.
Tikuluak ini sendiri dibuat dengan kain menyerupai selendang panjang yang dililitkan sedemikian rupa sehingga membentuk struktur bangun tikuluak.  Ujung selendang yang satu berakhir di sebelah depan yang satu di sebelah belakang.  Nilai filosofi yang terkandung di dalam ini diungkapkan dengan pidato adat “walau kabek buliah dibukak, namun buhua ndak buliah tangga”.  Artinya, bahwa adat Minangkabau terbuka untuk segala macam pemikiran-pemikiran demi kebaikan, tapi tidak untuk hal-hal fundamental, seperti keyakinan dan filosofi hidup.  Hal ini menjadi pedoman dalam menyelesaikan segala persoalan yang ada di dalam masyarakat Minangkabau.
Lilitan kain yang membentuk tikuluak ini tidak terlalu kuat dan tidak pula terlalu lemah.  Akan tetapi melilit rapat tampa tekanan kuat dari kedua ujung kain.  Hal ini dideskripsikan dalam pidato adat dengan “tagangnyo bajelo-jelo, kanduanyo badantiang-dantiang, hati lapang paham saleso, pasiah lidah pandai barundiang”.  Artinya, pendekatan cara berfikir dalam adat Minangkabau itu tidak kaku.  Hati dan pendirian harus istiqomah, akan tetapi, dalam penyampaian, karena menyangkut manusia lain, manusia banyak, maka harus mempertimbangkan segala sesuatunya.  Karena, keharmonisan dan ketentraman adalah hal yang utama.  Pendekatan ini digunakan terutama untuk masalah-masalah yang memiliki potensi untuk melebar ke mana-mana.  Artinya, perlu suasana yang tenang untuk mengeluarkan dan melaksanakan keputusan.
Selajutnya, besarnya lingkaran tikuluak yang melekat ke kepala disesuaikan dengan besarnya lingkaran kepala.  oleh karena itu, tidak ada ukuran detail untuk panjang serta lebar kain pembentuk tikuluak ini.  Hal ini menganalogikan dua hal; 1) bahwa tidak ada batasan untuk kekuatan pikiran/ isi kepala, 2) tanggung jawab keibuan/ kewanitaan yang tidak ada batasnya.  Ini dideskripsikan dengan pidato adat “salilik lingkaran kaniang, ikek santuang di kapalo, lebanyo pandindiang kampuang, panjang pandukuang anak-kamanakan.  Nan sapayuang sapatagak, di bawah payuang di lingkuang cupak”.  Nan sapayuang sapatagak mengacu kepada anak kamanakan yang ada di dalam kaum, di bawah payuang di lingkuang cupak mengacu kepada anak kemenakan non-kaum, tapi karena budaya malakok telah dianggap sebagai bagian dari kaum sendiri.
Terakhir, pemakaian tikuluak itu sendiri tidaklah kuat menekan kepala.  Karena landasan yang memlingkari kepala itu sendiri didisain menyerupai bentuk lingkaran kepala.  Pengkondisian disain inilah yang membuatnya kokoh meskipun tidak dipasang dengan kuat, tanpa bantuan alat untuk menahan agar melekat kuat ke kepala.  Hal ini di dalam pidato adat dikatakan dengan “guyahnyo bapantang tangga, kokohnyo murah diungkai”.  Nilai filosofi yang terkandung di dalamnya mirip dengan “tagangnyo bajelo-jelo, kanduanyo badantiang-dantiang”, yaitu tidak kaku dalam hal berfikir dan bersikap.  Pikiran harus terbuka, tidak terbelenggu oleh hal-hal yang bersifat teoritis.  Karena adat adalah masalah kemanusiaan yang terus berjalan.
 2.  Baju Kuruang
Baju Bundo Kanduang ini dikenal dengan nama Baju Kuruang.  Sesuai dengan namanya, maka, bangun baju ini tidak mungkin ketat.   Karena, berbeda dengan pembalut, konsep kurungan adalah menyembunyikan apa yang di dalamnya.  Oleh karena itu, baju kuruang mestinya longgar tapi tidak kedodoran.  Lehernya tidak memiliki krah/ lipatan, badannya dihiasi dengan berbagai motif-motif yang dibuat dengan benang perak, emas, dan hiasan lainnya.  Lenganya, dililiti dengan beberapa hiasan dari benang makau, di mana lilitan tersebut merupakan perpaduan benang yang kecil dan yang besar.  Bagian jahitan pangkal lengan juga ditutupi dengan hiasan dari benang makau.
Hiasan pada badan dan penutup jahitan pangkal lengan mengandung makna wewenang penuh untuk menutupi hal-hal yang bisa membuat resah masyarakat, meskipun menurut adat kebenaran hal tersebut barangkali salah.  Misalnya, berbohong untuk kebaikan, berpura-pura untuk kebaikan, dan lain sebagainya.  Barangkali inilah strategi pencitraan (make-up) ala Minangkabau.  Hal ini terlihat dari pidato adat “Batabua perak baukia, baturap jo banang ameh, basuji jo banang makau.  Panutuik jahik pangka langan, tando mambuhua ndak mambuku, mauleh ndak mangasan”.
Selanjutnya, hiasan berbentuk lilitan garis perpaduan benang kecil dan besar pada lengan mengandung makna bahwa; 1) bundo kanduang bekerja dengan aturan dan etika, 2) bundo kanduang tidak membedakan perlakuan antara anak-kemenakannya, 3) anak kemenakan tersebut selalu mengiringi untuk melindungi dan menjaga bundo kanduang tersebut.  Hal ini tersirat dalam pidato adat, “Langan balilik suok kida, basisik makau kaamasan, gadang basalo jo nan ketek.  Tandonyo bundo bapangiriang, tagak baapuang jo aturan, baukua jangko jo jangkau, unjuak baagak bainggok-an”.
3.    Kodek
Kodek ini adalah perlengkapan yang dililitkan di pinggang sebagai bawahan yang bentuknya berupa kain panjang.  Dalamnya sampai ke tumit, dibalutkan ke pinggang dengan arah balutan menuju kiri sehingga unjungnya mengarah ke kiri.  Ujung balutan bagian atas dan bawah membentuk garis serong.  Cara pemasangan yang khas ini berkaitan dengan pidato adat “Bajalan si ganjua lalai, pado pai suruik nan labiah, samuik tapijak indak mati, alu tataruang patah tigo, tibo di lasuang ramuak rampak”. Artinya, bundo kanduang itu berjalan berdaasarkan aturan dan dengan etika.  Etika yang menunjukkan kelemah-lembutan dan keagungan sifat kodrati seorang wanita yang bahkan secara kasat mata terlihat seperti tidak akan mampu menyakiti siapapun (dalam hal ini dianalogikan dengan semut).  Aturan yang bisa bisa menghancurkan yang “keras” sekalipun.  Pendek kata, wanita Minangkabau itu lembut pembawaannya tapi keras dalam menjalankan hal-hal yang sifatnya prinsipil.
4.    Salempang
Salempang merupakan kain hiasan yang  dilingkarkan dari bahu sebelah kiri ke pinggang sebelah kanan.  Simpul ikatannya tidak mati tapi berupa simpul yang bisa ditarik dengan mudah untuk melepaskannya.  Salempang ini adalah simbol dari tugas pokok dari bundo kanduang, yaitu mengenai pengelolaan sako dan pusako.  Pengelolaan sako bukan berarti menjaga gelar adat, tetapi menjaga dan mendidik atau memperhatikan pendidikan generasi penerus gelar tersebut.  Sedangkan pengelololaan pusako berarti mengelola dan memanfaatkan harta secara baik untuk kesejahteraan kaumnya.  Dalam hal pengelolaan pusako ini bundo kanduang dikenal juga dengan sebutan umbuak puro, alias juru kunci harta kaum/ nagari.  Hal ini tercermin dari ungkapan pidato adat “Salempang suto bajumbaian,…….., kapalilik anak kamanakan, kapangabek sako jo pusako, nak kokoh lua jo dalam.  Kabek salilik babuhua sentak, rapek nagari nak maungkai, tibo nan punyo tangga sajo”.
5.    Tarompah
Prinsip dasar yang terkandung di dalam filosofi ini adalah ajaran untuk memiliki dasar dalam bertindak.  Dasar itu adalah pengetahuan/ ilmu tentang hal yang akan dihadapi, stategi, persiapan diri lahir dan batin sebelum menyatakan sikap ataupun bertindak.  Tujuannya, supaya tidak ragu-ragu dalam bertindak, siap menghadapi segala kemungkinan yang bisa saja terjadi, melindungi diri dari efek-efek negatif yang barangkali muncul.  Hal ini tercermin dari pidato adat “Malangkah jan salelo kaki, maagak kuku jan tataruang, ingek sabalun kanai.  Kulimek sabalun habih, maminteh sabalun hanyuik, malantai sabalun lapuak.  Gantang tatagak jo lanjuangnyo, sumpik tatagak jo isinyo, adaik tatagak jo limbago. Adaik nan batalago buek, cupak nan tarang samato, taga dek sifaik nan badiri”.
 6.    Subang, lukuah, galang, cincin.
Subang, lukuah, galang, cincin di atas merupakan perhiasan untuk perempuan dalam konteks berpakaian Minangkabau.  Subang adalah perhiasan untuk telinga, lukuah untuk leher, galang untuk tangan, dan cincin untuk jari.  Mengenai materi dan bentuk perhiasan tersebut tidaklah disebutkan.  Hanya saja dibatasi dengan istilah “alua jo patuik ka ukuran”.   Artinya, pakailah perhiasan pada tempatnya, yaitu sesuai dengan hakikatnya yaitu untuk menghias, untuk memumbulkan kesan yang lebih baik.  Oleh karena itu, hal terpenting dalam memilih dan menggunakan perhiasan adalah dengan memperhatikan persepsi masyarakat sekitar tentang perhiasan yang ingin dipakai, serta keadaan/ kondisi diri sendiri.  Hal ini tercermin dari ungkapan pidato adat “Takanak lukuah di lihia, bagalang salingkaran langan, bacincin salingkaran jari, alua jo patuik sinan bahimpun.  Latakkan suatu pado tampeknyo, dimakan alua jo patuik, di dalam cupak jo gantang.  Mahawai jan sapanjang tangan, unjuak bahagak bahinggoan, malabihi ancak-ancak, mangurangi sio-sio”.

»»  READMORE...
 

Tisu Kado Copyright © 2011 | Template design by O Pregador | Powered by Blogger Templates